Minggu, 14 Agustus 2011

Perbedaan Antara Simpanse Dan Manusia

Pada 1970, para ilmuwan mendidik seekor simpanse layaknya manusia dan mengajarinya bahasa isyarat. Simpanse bernama Nim Chimpsky ini pun bisa ‘berbicara’.

“Beri jeruk, saya beri makan jeruk, saya makan jeruk, beri saya makan jeruk,” menjadi rangkaian kata terpanjang simpanse ini. Simpanse ini merupakan subyek Project Nim, eksperimen yang dilakukan ilmuwan kognitif di Columbia University saat menyelidiki apakah binatang ini bisa mempelajari bahasa.


Setelah bertahun-tahun memperkenalkan semua hal tentang manusia pada Nim, peneliti menyimpulkan, meski ia mampu menunjukkan ekspresi meminta dan mengenal 125 kata, Nim tak bisa mempelajari bahasa secara penuh. Para ilmuwan berpendapat, bahasa tak hanya butuh kosa kata juga sintaksis atau ilmu kalimat.

Misalnya pada kata ‘beri jeruk saya’ sama artinya dengan ‘beri saya jeruk’. Dari usia sangat muda, manusia memahami itu dan memiliki kemampuan bawaan untuk menciptakan arti baru setelah memadukan dan mengurutkan kata dengan cara yang beragam. Pada kasus Nim, simpanse ini tak memiliki kapasitas itu.

Banyak ilmuwan kognitif yakin, kemampuan manusia berinovasi melalui variasi sintaksis menimbulkan banyak kekayaan dan kerumitan pikiran dan kita. Jurang antara manusia dan kerabat terdekat manusia ini tak hanya satu.

Manusia berjalan dengan dua kaki dan kera berjalan dengan empat kaki. Perdaan ini sudah terlihat jelas. Direktur Human Origins and Primate Evolution Lab Kevin Hunt di Indiana University menduga, moyang manusia berdiri tegak untuk meraih vegetasi di cabang pohon.

“Saat Afrika makin kering 6,5 juta tahun silam, moyang manusia terjebak di bagian timur yang menjadi tempat terkering,” ujarnya. Di tempat seperti itu, pohon hanya setinggi 1,8 meter dan untuk meraih makanan tak akan kesulitan. Charles Darwin menjadi orang pertama yang menemukan perbedaan yang memisahkan manusia dengan kera.

Pembeda lainnya adalah kelengkapan tubuh. “Sekali berjalan dengan dua kaki, kita akan punya tangan untuk membawa peralatan. Manusia melakukannya 1,5 juta tahun setelah bisa berjalan dengan dua kaki,” papar Hunt.

Menurut Hunt, jika Anda mencukur seekor simpanse dan mengambil gambarnya dari badan hingga pinggang, “Pada pendangan pertama, Anda tak akan menyangka hewan ini mirip manusia”. Otot-otot pada kedua spesies ini sangat mirip namun simpanse dua hingga tiga kali lebih kuat dibanding manusia. Serat otot simpanse lebih padat dan “Jika Anda melihat simpanse melempar batu besar dan Anda ingin melakukan hal serupa, Anda pasti tak akan bisa,” ujarnya.

Ilmuwan kognisi primata Herb Terrace yang memimpin Project Nim menganggap simpanse tak memiliki kemampuan ‘teori pikiran’. Alhasil, mereka tak bisa menyimpulkan kondisi mental individu lain, apakah itu senang, sedih, marah, jatuh cinta, cemburu atau lainnya.

Meski simpanse mampu membaca isyarat, simpanse tak bisa memikirkan kondisi pikiran simpanse lain tanpa adanya bahasa tubuh. “Saya yakin, teori pikiran merupakan terobosan besar moyang kita,” ujarnya.

Layaknya bayi, Nim berbicara dalam ‘mode imperative,’ meminta yang ia ingin. Saat manusia tumbuh dewasa, tak seperti simpanse, manusia mengembangkan bentuk komunikasi yang jauh lebih kaya, ‘mode deklaratif’.
Genom simpanse pertama kali disekuesn pada 2005. Hasilnya dibandingkan dengan manusia dan ditemukan 1,23% perbedaan. Jumlah ini sekitar 40 juta perbedaan dalam DNA yang setengahnya merupakan hasil mutasi dalam lini moyang manusia dan lini simpanse terbagi menjadi dua. Dari mutasi tersebut, terdapat perbedaan dramatis hingga kini, yakni dalan intelijens, anatomi, gaya hidup dan keberhasilan mengkolonisasi Bumi.

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting